SENJA

Ketika berbicara tentang senja, tentu banyak orang menganggap bahwa senja adalah hal yang romantis.

Seolah menjadi primadona simbol keindahan, senja ternyata menyimpan pesan kehidupan di dalamnya.

Berikut adalah filosofi senja.

1. Senja mengajarkan bahwa keindahan dan kebaikan tidak perlu disuarakan, biarkan orang yang menilai.

Begitulah hidup, kadang manusia membutuhkan perhatian agar dilihat baik. Namun senja mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.

2. Senja mengajarkan bahwa istirahat itu perlu, jangan termakan dengan kesibukan dunia.

Aktivitas yang berlangsung selama satu hari penuh ditutup dengan kilauan cahaya indah dan ditutup dengan keheningan yang beku. Seandainya senja dapat bercerita, tentunya ia akan mengingatkan para manusia untuk peduli terhadap dirinya. Padatnya aktivitas disiang hari tentunya harus diakhiri dengan isitirahata yang cukup dimalam hari.

3. Arti dari kata melepaskan dan ikhlas.

Lepasnya siang dan mengikhlaskannya adalah sebuah filosofi yang nyata dalam dunia nyata pula. Menyongsong datangnya malam tentu harus disertai dengan ikhlasnya kehilangan sang siang. Dalam hidup, proses melepaskan dan mengikhlaskan pastinya sering ditemui entah dalam hubungan percintaan, keluarga hingga pekerjaan.

4. Seperti senja yang selalu dinikmati, hidup tentunya juga harus dinikmati.

Banyak sekali para penikmat senja di luar sana. Menikmati dan mengabadikan arti sebuah senja tentu tidak sedikit juga. Hal tersebut tentu bisa dijadikan gambaran bahwa dalam hidup kita juga harus menikmati prosesnya. Jangan mengeluh dan ingin hal yang instan. Senja saja perlu waktu beralih dari terang menuju gelap.

5. Gelap dan terang menjadi padanan simbol kebaikan dan keburukan.

Ketika senja datang ada paduan antara terang yang indah serta gelap yang eksotis di dalamnya. Simbol gelap dan terang ini jika diibaratkan adalah dua sisi antara baik dan buruk dalam kehidupan. Tentunya dalam kehidupan kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang selalu mengiringi sifat manusia. Kontrol dan kesadaran diri adalah kunci untuk setidaknya menipiskan sifat gelap dari dalam diri manusia.

6. Penuh Romantisme.

Bicara kehidupan nyatanya tidak akan pernah lepas dari yang namanya romantisme makhluk di dalamnya. Sebuah cinta dan kasih sayang yang ada dalam kehidupan terlukis dalam keindahan senja yang eksotis. Sebuah romantisme yang sederhana tersebut tentunya dapat dinikmati semua orang.

7. Tidak ada yang abadi di dunia ini.

Jika kamu penikmat senja atau sering menikmati senja. Tentunya senja menjadi sebuah momen peralihan antara siang yang cerah ke gelap dan dinginnya sebuah malam. Dari hal tersebut tentu dapat dicermati bahwa begitu juga sebuah kehidupan. Semuanya pasti berubah, tidak ada yang abadi di dunia ini. Dahulu kamu berjaya mungkin satu detik kemudian kejayaanmu itu dapat hancur berkeping-keping. Senja tentunya menggambarkan dengan jelas hal tersebut.

Tidak melulu soal cinta dan kalimat romantis lainnya. Senja sendiri dapat diartikan sebagai lengkungan waktu tanda kefanaan dunia.

CERMIN KEHIDUPAN

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah Sang Penentu atas Kehidupan Kita, BUKAN orang lain.”

“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.

“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”

Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

Pemenang kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.